Genre : Romance, Friendship
Rating : General
Cast : Yamada Ryosuke, Nakajima Yoto, Ashikaga Risa
Note : HopeLess dalam ff ini mengandung dua arti, Hope yang berarti harapan dan hopeless yang berarti keputusasaan, terimakasih kepada Min Ah yang sudah menyarankan judul ini ^^
Yamada POV
Gadis itu, gadis yang sudah mencuri perhatianku sejak upacara penerimaan siswa baru kemarin. Setiap malam aku berdoa agar kami mendapat kelas yang sama, namun dewa keberuntungan tak berpihak padaku, aku mendapat kelas sangat jauh dari kelasnya, aku berada di 1.5 sedangkan dia 1.1, memang di sekolah ini tingkatan kelas ditentukan oleh test yang dilakukan pada saat test penerimaan, sejak saat itu, aku berlajar dengan giat agar bisa dapat kelas yang sama di kelas 2 nanti.
“Ryosuke.. Kamu sedang melihat apa?” Tanya yuto, sahabatku sejak smp.
“Ehhh yuto? Sejak kapan disini?” lamunanku buyar seketika.
“Aku ingin mengajakmu ke kantin, mau?” Tanyanya.
“iie, aku sedang malas” ucapku singkat.
“Ya sudah, kalau begitu aku pergi dulu ya” ucapnya kemudian pergi meninggalkan kelasku.
Aku kembali menatap lapangan itu dari jendela disebelahku, disitulah pertemuan pertama kami, aku tak sengaja menabraknya hingga jatuh karena terburu-buru mengejar yuto. Tapi kami tak sempat berkenalan, dia langsung bangkit dan pergi meninggalkanku. Saat melihatnya, hatiku langsung berdegup kencang, dulu aku selalu menentang perkataan orang yang mengaku jatuh cinta pada pandangan pertama, tetapi pandanganku itu berubah semenjak aku melihatnya.. Mungkinkah ini cinta pada pandangan pertama?
….
Sejak saat itu aku hanya bisa menatapnya dari jauh. Dadaku selalu terasa sesak saat dia berbicara dan tertawa dengan lelaki lain, aku ingin menariknya dan membawanya pergi dari situ, tapi diriku menolak untuk melakukannya, aku tak mempunyai keberanian sebesar itu, jangankan itu, sekedar mengucapkan selamat pagi saja aku tak bisa.
“Permisi.. Ini lokerku” ucap seseorang dari belakangku. Aku menolehkan kepalaku. Saat-saat itu terulang kembali, rasanya jantungku ingin meledak begitu mengetahui pemilik suara itu.
“Ahh.. Gomenasai” aku langsung menyingkir dari depan lokernya dan berlari secepat mungkin, ingin rasanya aku berteriak pada semua orang, saat ini bunga sakura sedang bermekaran di hatiku!
….
Malam ini aku duduk merenung di depan meja belajarku. kudongakkan kepalaku hingga aku bisa melihat langit malam dari balik jendela kamarku. “Ya Tuhan.. Aku sudah berusaha melewati ujian-ujian itu dengan baik.. Pertemukanlah aku dengannya..” Ucapku dalam hati, mataku terus menatap satu bintang yang sinarnya paling terang dibanding yang lain.
“Kamu bagaikan bintang itu, terlihat dekat tapi sangat susah digapai” tanpa sadar kalimat itu terucap dari mulutku.
“Akankah kau menjadi milikku wahai bintang hatiku?” Ucapku kemudian tertidur di meja belajarku.
….
Aku menatap kertas dihadapanku lebih tajam. Benarkah ini semua bukan mimpi? Seseorang! Beritahu aku kalau ini bukan mimpi! Aku.. Aku.. Aku akan berada di kelas 2.1!! Sama dengannya!! Tanpa sadar setitik air mata keluar dari sudut mataku. Ingin rasanya aku berteriak pada dunia.. Aku berhasil!! Dengan cepat aku berlari dan mencari yuto.
“Yuto!! Aku berada di kelas 2.1!!”
“Hontou?! Omedetou ryosuke!!” Ucapnya.
“Haha, arigatou yuchan..” Ucapku dengan sedikit menjerit.
“Kamu kenapa ryochan? apakah ada sesuatu? Wajahmu terlihat merah merona” ucapnya.
Aku terdiam kemudian berlari ke jendela terdekat. Oh tidak. Wajahku sudah seperti kepiting rebus.
“Daijobu ryochan?” Tanyanya, sepertinya dia sedang bingung.
“Anoo.. Begini ryochan..” Aku pun menceritakan tentang perasaanku pada gadis itu.
“kan sudah sekelas, pasti akan lebih mudah untuk pdkt” ucapnya, dia terkadang memang bisa jadi orang bijak.
“Tapi aku itu tidak sepertimu yang mudah mendapatkan keberanian untuk berkenalan dengan orang, aku takut” ucapku.
Dia menepuk pundakku pelan.
“Jika kau masih seperti ini tak kan ada kemajuan ryosuke” ucapnya.
Aku menelan kata-katanya itu, memang benar, tapi aku harus bagaimana?”
….
Inilah saat-saat yang paling mendebarkan dalam hidupku, aku terus menggenggam kedua tanganku dan berdoa agar kami duduk sebangku.. Ah tidak.. Setidaknya kami duduk berdekatan.
“Yamada Ryosuke” panggil wali kelas baruku.
Aku berjalan gontai ke depan, jantungku nggak mau berdetak secara normal, aku menundukkan kepalaku. “Semoga aku dekat dengannya” doaku kemudian mengambil salah satu kertas dari dalam kotak itu.
“22” Aka segera berjalan ke tempat duduk baruku, dan berharap dia akan mendapat nomor yang berdekatan. Satu persatu pun dipanggil ke depan, tinggal 2 orang lagi, bangku disebelahku masih kosong, masih ada kemungkinan dia duduk disini. “Ashikaga risa..” Dia pun berjalan ke depan kelas dan mengambil salah satu kertas. Nafasku tertahan, berharap dia berjalan ke arahku, ya! Dia berjalan kearahku, jantungku semakin kucar kacir, “risa.. Kamu dapat nomor berapa?!” Tanya seseorang yang sepertinya teman sekelasnya dulu.
“12, aku disebelahmu” ucapnya.
DEG!!
Pupus sudah harapanku…
….
“Baiklah.. Untuk materi pelajaran kali ini, sensei ingin kalian berkerja kelompok, tapi sensei sendiri yang akan menentukan kelompoknya” ucap sensei, aku tak seantusias dulu lagi, aku sudah lelah berharap, sepertinya aku memang ditakdirkan untuk menatapnya dari jauh saja, aku menelungkupkan wajahku dan berusaha untuk tak mendengar. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, aku mengangkat wajahku, aku benar-benar tak percaya dengan apa yang kulihat.
“Yamada kan?” Ucapnya lembut, ya Tuhan.. Senyumnya itu!!
“Eh? I..iya..” Ucapku begitu saja.
“Kita sekelompok, jadi gimana? Kita mengambil topik apa?, eh, aku ambil kursi dulu ya” ucapnya kemudian berbalik badan untuk mengambil kursi, aku masih terdiam, masih tak percaya dengan ini semua.
“Heii..” Ucapnya sambil melambaikan tangannya didepan wajahku.
“Eh.. Anoo.. Mari kita kerjakan tugasnya” ucapku terburu-buru.
“I..iya..” Ucapnya, sepertinya dia terbawa suasanaku yang kaku.
“Ahh.. Maaf kalau suasananya agak kaku” ucapku.
“Ahaha, bukan agak kaku lagi, tapi kaku banget” ucapnya sambil tertawa, tiba-tiba tembok penghalang diantara kami roboh seketika, aku tak percaya bisa ngomong leluasa ini dengannya.
….
Semenjak tugas kelompok itu, aku menjadi lebih dekat dengannya, aku jadi mengetahui dirinya lebih banyak, makanan kesukaannya, rumahnya, dan masih banyak lagi.
*flasback*
“Hehe, jadi ryosuke mau jadi dokter ya?” Tanyanya ketika aku menceritakan tentang diriku, sebenarnya aku nggak mau jadi dokter, tapi karena orang tuaku sangat berharap pada anak semata wayangnya ini, jadilah aku harus jadi dokter.
“Iya.. Hehe, emang risa mau jadi apa?” Tanyaku balik.
“Hehe, sealiran deh pokoknya, aku mau jadi perawat” jawabnya
Jantungku berdegup kencang, mungkinkah ini takdir? Aku akan menjadi dokter dan dia akan menjadi perawat yang membantuku di praktek? Aahh. Segera kuhilangkan angan-anganku dan kembali ke dunia nyata.
“Wahh.. Bagus dong” jawabku. Andai saja suara jantungku kedengaran, mungkin saja semua suara yang ada di ruangan ini kalah kuat dengan suara jantungku.
“Anoo.. Kenapa ryosuke ingin jadi dokter?” Tanyanya.
Aku tak menyangka dia akan menanyakan hal ini, dari dulu sampai sekarang aku tak pernah ditanya kenapa mau jadi dokter, karena ketika aku mengatakan ingin jadi dokter pasti orang-orang langsung mengatakan” wah hebat ya” dan lupa untuk menanyakan alasannya, makanya sampai detik ini pun aku tak pernah berpikir untuk menyusun sebuah alasan yang bagus. apakah aku harus mengatakan yang sejujurnya?
“Ahh itu.. Sebenarnya aku belum tau ingin jadi apa, tapi orang tuaku menyarankan agar aku jadi dokter” ucapku, semoga alibiku masuk akal.
“Eh.. Benarkah? Padahal bagus loh jadi dokter” ucapnya, sepertinya dia kecewa dengan jawabanku.
“Kalau kamu? Kenapa mau jadi perawat?” Tanyaku.
Dia menyunggingkan senyumnya, oh Tuhan.. Senyumnya itu.. Aku langsung menggelengkan kepalaku sebelum jiwaku melayang ntah kemana.
“Daijobu desuka?” Tanyanya.
“Ehh.. Daijobu, silahkan lanjutkan” ucapku, aku benar-benar malu.
“Sebenarnya cuma alasan yang sederhana, dulu ketika aku masih kecil, aku pernah menghabiskan waktuku di rumah sakit karena penyakitku yang tak kunjung sembuh, tapi disana ada seorang perawat yang selalu menemaniku dengan sabar, dia selalu membuatku lupa dengan hari-hari membosankanku dirumah sakit, hingga ketika aku sudah sembuh, aku nggak mau pulang karena nggak mau pisah darinya, dia sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri, tapi dia berkata, “pulanglah risa.. Kakak juga merindukanmu, kalau kamu mau, datanglah kesini ketika kamu ada waktu, kakak selalu ada untukmu”, sejak aku pulang kerumah, aku rutin datang sekali seminggu kesana, tapi suatu hari ketika aku datang, kakak itu nggak ada, setelah bertanya kesana kemari, ternyata kakak sudah meninggal dunia, sejak itu lah tekad ku untuk jadi perawat semakin kuat, aku ingin membantu orang-orang seperti ku dulu” ucapnya, aku terkesima, tak sepatah katapun keluar dari mulutku.
“Ehh, aku cerita terlalu panjang ya?” Tanyanya menyadarkanku dari lamunanku.
“Ahh nggak, aku hanya terkesima, pasti perawat itu sangat baik” ucapku.
“Iya.. Aku ingin seperti dia..”
*flashback end*
Perkembangan ini, aku tak sabar ingin menceritakan ini pada sahabatku yuto.
“Ohayou yamada” ucapnya ketika aku sampai di gerbang.
“Eh, ohayou ashikaga” jawabku.
“Ke kelas yuk” ajaknya dan berjalan mendahuluiku.
“Ehh?! Tunggu!!”
….
Waktunya pulang sekolah, aku segera memasukkan sepatu sekolahku ke dalam loker dan menggantinya.
“Ehmm” seseorang berdehem, aku menolehkan wajahku.
“Eh?! Yuto?!” Ucapku kaget.
“Sudah ada kemajuan ya?? Haha! Syukurlah ryochan, aku juga ada kabar gembira nih!” Ucapnya, sepertinya dia sedang berbunga-bunga.
“Eh? Apa itu?” Tanyaku penasaran.
“Anoo..” Dia terdiam, tiba-tiba wajahnya memerah begitu saja. Aku bisa menebak pikirannya.
“Cewek yaa??” Ucapku to the point.
“Hehe, iya..” Dia hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Hontou?!! Cerita cerita!!” Rengekku.
“Jangan disini dong, ke rumahku yuk” ucapnya, aku hanya mengangguk dan segera mengejarnya yang sudah duluan di depanku.
….
“Eh?!! Benarkah?? Kau suka sama teman dunia mayamu?!!” Teriakku begitu dia selesai menceritakannya.
Dia hanya mengangguk pelan sambil tersipu malu. Baru kali ini aku melihat yuto yang tersipu.
“Tapi kan kamu nggak pernah bertemu dengannya.. ” Ucapku hati-hati.
“Aku juga tau itu, tapi kami sudah pacaran kok.. Hehe” ucapnya sambil memasang pose peace.
“Hah?! Hontou?! Jadi gimana dong pacarannya?” Tanyaku lagi, aku benar-benar penasaran, yuto yang terkenal dikalangan cewek sekolah memilih pacaran dengan cewek yang belum dikenalnya dibandingkan yang nyata.
“Aku tidak tau, kami hanya berkirim email saja dan kami merasa cocok, ah ya, minggu depan kami akan ketemuan loh” ucap yuto, sepertinya dia tak ragu akan pilihannya, aku teringat pada ashikaga, padahal sudah bisa sedekat ini, tapi kapan aku bisa pacaran dengannya?.
“Hei ryosuke, kapan kamu mengaku pada ashikaga?” Tanyanya seolah-seolah bisa membaca pikiranku.
“Eh.. Itu..” Aku bingung untuk menjawabnya.
“Kan sudah dekat, keburu diambil orang tuh” ucap yuto yang sukses membuatku gelisah. Aku kembali menelaah kata-katanya, benar juga, kalau aku berlama-lama nanti dia diincar orang lagi, ah! Keputusanku sudah bulat!
“Ok! Aku akan mengaku padanya besok” tegasku.
“Yokatta! Ganbatte ryochan!” Ucapnya, terima kasih yuto, aku akan berusaha.
….
Hari ini aku akan mengaku padanya, tapi aku bingung gimana cara mengajaknya agar bisa ngomong berdua. Aaa!! Bodohnya aku, kenapa tak menanyakannya pada yuto semalam!!
“Yamada..yamada..” Seseorang menepuk pundakku, senyumku merekah, aku segera menolehkan wajahku tapi senyumku langsung menciut, ternyata bukan ashikaga.
“Ada apa?” Tanyaku singkat.
“Ashikaga mencarimu” ucapnya.
“Eh?!” Mungkinkah dewa kebetulan sedang baik padaku?! Aku segera bangkit dan keluar kelas, tapi langkahku terhenti dan segera berbalik ke orang tadi.
“Dia dimana?” Tanyaku
“Uks”
“Eh?!” Mendengar itu aku langsung berlari ke UKS, aku benar-benar khawatir.
BRAK!! Terdengar suara pintu yang dibuka dengan keras.
“Ashikaga!!” Teriakku.
Aku langsung mengedarkan pandanganku dan menemukan seorang gadis yang duduk membelakangiku.
Aku mencoba menepuk pundaknya, tak ada reaksi, tiba-tiba bahunya berguncang, mungkinkah dia menangis?
“Ashikaga..” Panggilku sekali lagi.
dia menolehkan wajahnya kemudian tertawa.
“Hahaha!!! Ketipu deh” ucapnya sambil memegangi perutnya, segitu lucunya kah aku?
Aku hanya terdiam, tak mengerti dengan maksudnya.
“Hehe, gomenasai..” Ucapnya kemudian tawanya terhenti. Aku jadi nggak enak hati.
“Maaf ashikaga..” Ucapku.
“Hehe, nggak apa-apa kok” jawabnya, seulas senyum kembali terukir di wajahnya.
“Eh.. Ngomong-ngomong kenapa aku dipanggil kesini?” Tanyaku hati-hati. Jantungku terus berdegup kencang.
“Eh, itu, aku tadi pagi melihat kamu murung terus, seperti sedang memikirkan sesuatu, ditambah lagi sekarang pelajaran matematika, pasti moodmu makin buruk, lagian aku juga pengen bolos kok, hehe” ucapnya, aku bingung akan perasaanku, apakah aku sedih karena yang diucapkannya tak sesuai harapanku atau aku senang karena dia begitu memperhatikanku, ah, ntahlah, aku tak tau.
“Oh begitu, hehe, makasih ya sudah memperhatikanku” ucapku sekenanya. Dia hanya mengangguk sambil tersenyum, senyum yang selalu mengusikku tiap malam.
Rasanya dadaku terasa sangat sesak, apakah sekarang saat yang tepat untuk mengaku padanya??
“Anoo.. Ashikaga..” Panggilku, dia yang sedang asyik dengan HPnya langsung menoleh.. “Ngg?”
“Aku tak pandai berkata-kata, tapi ini tulus dari hatiku, anoo.. Sejujurnya aku sudah menyukaimu sejak pertama kali melihatmu di penerimaan siswa tahun lalu, maukah kamu menerima perasaanku?” Ucapku begitu saja, ntah kekuatan dari mana yang mendorongku untuk mengatakan itu. Dia terdiam, ya, dia terdiam dengan wajah kagetnya, aku menantinya jawabannya dengan detakan jantung yang super cepat, tanganku terkeringat, aku tak sanggup berkata-kata lagi.
“Maaf yamada, aku tak bisa jadi pacarmu, aku sudah punya pacar”
JDARR!! Rasanya seperti ada petir yang menyambarku.
“Ohh, begitu, terimakasih ya sudah mau mendengar pengakuanku, mungkin akan terlihat aneh bagimu jika aku masih disini, aku begitu aku pergi ya” ucapku dan langsung berlari keluar UKS.
“Yamada!!” Teriaknya, namun kakiku tak mau berhenti, aku tak sanggup berada disana lebih lama, inikah yang rasanya ditolak?
…
Aku sangat suka berada di tempat ini, tempat yang pertama kali mampu membuat perasaanku menjadi tenang hanya dengan melihat sungai yang mengalir dibawah langit sore. Semenjak penolakan itu, aku tak berani untuk menyapanya, ah, jangankan itu, untuk menatapnya saja aku tak sanggup. Sedalam inikah luka akibat sebuah penolakan? Ntahlah..
Sesekali aku melempar batu kerikil yang ada disekitarku ke sungai itu, berharap kesedihan ini juga dapat ikut bersamanya.
“Ryosuke..” Panggil seseorang. Aku segera menolehkan wajahku dan kini kudapati yuto yang sedang berusaha menuruni timbunan batu yang menjadi penghubung tempat ini dengan jalan setapak diatasnya.
Aku hanya tersenyum simpul, dan kembali menatap aliran sungai di depanku.
“Kamu kenapa sih?” Tanyanya setelah duduk disebelahku, aku tak menjawab, ntah mengapa rasanya air mataku memaksa untuk keluar.
“Daijobu..” Ucapku dengan suara parau. Tidak ryosuke.. Jangan menangis..
“Apanya yang nggak apa-apa.. Kau murung terus akhir-akhir ini, ada apa sih?” Tanyanya,
Aku terdiam, dia sahabatku, sudah sewajarnya aku berbagi dengannya.
“Aku ditolak” jawabku singkat kemudian kembali melempar kerikil-kerikil itu ke sungai.
“Ditolak itu kan namanya gagal, sedangkan kegagalan itu adalah langkah untuk menuju kesuksesan ryosuke.. Bersemangatlah, jika kau memang menyukainya, gapailah dia, buat dia bisa menerimamu” ucapnya.
“Iya, aku tau itu, tapi nggak mungkin kan aku berusaha memutuskannya dari pacarnya” jawabku datar.
Dia terdiam. “Dia punya pacar? Masa? Setauku dia nggak punya pacar.. Tapi masa dia bohong sih” ucap yuto keheranan, aku menolehkan wajahku dan memandangnya.
“itulah yang aku pikirkan yuto” ucapku singkat kemudian segera bangkit dan beranjak pergi.
“Eh?! Mau kemana?” Ucapnya kemudian menyusulku.
“Pulang, aku ingin berendam dan menenangkan otakku” jawabku singkat.
….
Drrtt..ddrrtt.. Hp ku tiba-tiba bergetar, aku yang masih setengah sadar berusaha menggapai hpku dan mengangkat telepon itu.
“Moshi moshi..” ucapku.
“ha’I.. Ehh ryosuke.. Ini aku yuto.. Cepatlah kumpulkan semua arwahmu dan sadar seutuhnya” ucapnya dari seberang.
“Nggak penting, emang ada apa nelepon pagi-pagi gini?” Tanyaku malas.
“Ehh.. Kok responnya gitu sih.. Aku ada kabar gembira nih, mau tau nggak” ucapnya.
“Nggak..” Jawabku singkat dan hendak mematikan hpku, aku benar-benar tidak mood hari ini.
“Strawberry!” Teriaknya. Aku nggak jadi menutup hpku.
“Eh? Tadi bilang apa?” Tanya ku sekali lagi, berusaha memastikan aku nggak salah dengar.
“S-t-r-a-w-b-e-r-r-y” ejanya.
Tiba-tiba mataku langsung terbuka lebar, aku sudah merindukan makanan favoritku ini.
“Kenapa dengan strawberry?” Tanyaku.
“Di pasar buah XXX Ada diskon besar-besaran, beli 3kg gratis 1kg” ucapnya.
“Tolong belikan untukku, pakai uangmu dulu, nanti aku ganti. Aku bersiap dulu, mungkin 1 jam lagi sampai” ucapku kemudian menutup telepon dan bergegas mandi.
…
Begitu turun dari kereta aku langsung berlari ke pasar buah XXX dan segera mencari sosok yuto di kerumunan orang-orang.
“Yuto!” Teriakku begitu melihat seorang lelaki berperawakan tinggi membawa 4 buah kantong plastik dan kupastikan itu isinya strawberry.
“Hei, ryosuke!” Ucapnya kemudian berjalan ke arahku.
“Hei yuto” jawabku girang.
“Haha.. Yokatta.. Kamu sudah agak mendingan sekarang, strawberry emang obat yang paling tepat untuk mengobati kemurunganmu” ujarnya, aku hanya menyunggingkan senyum, memang sekarang hatiku belum bisa menerimanya, tapi suatu saat nanti mungkin aku bisa menghilangkan rasa sukaku padanya.
“Eh, ngomong-ngomong kenapa kamu bisa ada disini?” Tanyaku sambil terus mencomot strawberry yang baru dibelinya.
“Eh itu, aku akan bertemu dengan silent pinky” ucapnya.
Aku mengerutkan keningku.
“Silent pinky? Maksudnya?”
“Ehehe, dia pacar dunia mayaku” jawabnya lalu mencoba memalingkan wajahnya dariku.
Aku menyikut sikunya. “Haha, aku masih tetap bingung kenapa kau memilih pacaran dengan orang dunia maya, tapi asalkan itu bisa membuatmu bahagia aku akan merestuimu kok” ujarku sekenanya dan langsung mendapat jitakan pelan darinya.
“Kenapa aku harus butuh restu darimu? Haha!” Jawabnya.
“Uuuh, kita kan sahabat” ujarku kemudian memalingkan muka.
“Hooo. Jangan ngambek dong ryochan.. Iya deh iya, aku memang perlu restu darimu, eh, kita cari dia yuk, katanya dia pakai baju kuning dan celana jeans biru” ucapnya.
“Eh? Bukannya namanya silent pinky? Seharusnya pakai baju pink dong” protesku.
“Suka-sukanyalah, cari yok” ucapnya, aku hanya mengangguk dan mengikutinya yang sudah jalan duluan.
….
Aku mengedarkan pandanganku keseluruh taman, kata yuto mereka janjian disini, tapi aku tetap tak menemukan gadis dengan ciri-ciri yang disebutkan yuto.
“Yuto.. Kamu lihat nggak?” Tanyaku dan bruk, aku menabraknya karena tiba-tiba dia berhenti.
“Kok berhenti tiba-tiba sih? Kamu tau kan kamu itu tulang belulang, keras, sakit tau” protesku.
“Sepertinya itu..” Ucapnya sambil menunjuk seorang gadis yang duduk membelakangi kami.
“Ahh.. Mungkin sih iya, samperin yuk” ajakku.
“Ryosuke.. Ntah mengapa semua keberanianku lenyap begitu saja, aku takut kesana..” Ucapnya. Aku terdiam, seorang yuto yang selama ini selalu jadi penasehatku bisa begini juga.
“Hehe, aku dulu juga gitu kok.. Mana yuto yang kukenal dulu? Samperin gih” ucapku dan mendorongnya.
“Eh, tapi..tapi..” Dia berusaha melawan doronganku tapi berhubung aku lebih kuat darinya jadi aku bisa menangkal perlawanannya dengan mudah.
Akhirnya dia mengalah dan berjalan perlahan ke arah gadis itu, aku mengikutinya dari belakang, seperti apa ya cewek itu.
Yuto mengangkat tangannya perlahan dan menepuk pundak gadis itu pelan, ntah mengapa tiba-tiba jantungku berdegup kencang, kenapa malah aku yang deg deg an?
“Silent pinky?”Panggil yuto.
Gadis itu menoleh, tiba-tiba kakiku tak sanggup menopang tubuhku, bruk, aku terduduk di tanah, yuto dan gadis itu juga terlihat tak percaya dengan apa yang mereka saksikan.
“Ashikaga..” Lirihku pelan kemudian meninggalkan mereka dan berlari tanpa arah dan tujuan.
….
YUTO POV
Sudah seminggu sejak ryosuke menghilang, aku dan risa sudah mencarinya kesemua sudut kota, tapi hasilnya tetap nihil. Aku sungguh sungguh merasa bersalah padanya, sebagai sahabat aku telah mengkhianatinya secara tidak langsung. Walaupun aku memang nggak sengaja tapi sekali berkhianat aku tetaplah sudah berkhianat padanya.
Hari ini aku kembali mencarinya, tapi tanpa ashikaga, Kemarin dia dilarikan ke rumah sakit oleh orang tuanya karena tiba-tiba dia kejang-kejang dan tak sadarkan diri, orang tuanya bilang kalau penyakit lamanya kambuh, aku tak tau penyakit apa itu, tapi yang pasti orang tua risa memberikan kertas ini padaku. Kertas yang ditulis olehnya. –yamada ryosuke.. Cepatlah kembali..-
Drrtt..ddRrtt..
Tiba-tiba hpku bergetar, segera kuronggoh sakuku dan mengangkat telepon itu..
“Moshi..moshi..”
“Iya tante..”
“Hah? Sudah sadar tante? Yokatta, baiklah, saya akan kesana”
PLIP, kututup hp ku dan segera berlari kerumah sakit tempat ashikaga dirawat.
“Hoshh..hoshh..” Kusempatkan untuk menarik nafas sebelum membuka pintu kamar inapnya.
“Permisi..” Ucapku begitu masuk, dia menolehkan wajahnya ke arahku.
“Masuklah nakajima..” Lirihnya pelan, aku melangkahkan kakiku ke arahnya.
“Apakah dia sudah kembali?” Tanyanya.
Aku terdiam dan menggeleng pelan.
“Boleh aku minta kertas dan pena??” Ucapnya, aku bingung, tapi tanpa pikir panjang aku segera mencari kertas dan pena di laci meja yang ada diruangan itu.
“Ah, ini..” Ucapku sambil menyerahkan kedua benda itu.
Dia hanya tersenyum kemudian menutup matanya.. Bibirnya menggumamkan sesuatu dan menuliskannya di kertas itu.. Aku mencoba membacanya.
“I..ichi..ichigo park?” Ucapku, aku terdiam dan kembali menatapnya. Kenapa dia bisa tau tempat itu? Bukankah itu nama taman belakang rumah yamada? Tempat kami biasa bermain dulu? Padahal Cuma aku dan yamada yang tau nama natam itu.
“Dia.. Dia a..ada disana..” Lirihnya pelan.
“Apa?”
“To..tolong.. Panggilkan dia kesini.. Datanglah sebelum pukul 12 malam nanti..” Ucapnya, aku langsung melirik jam tanganku. Apa?! Sekarang sudah jam 8 malam?!
Aku segera menggangguk dan berlari keluar rumah sakit, yamada.. Semoga kau ada disana…
….
Aku melangkahkan kakiku pelan, kini terlihat seorang laki-laki yang duduk membelakangiku,
“Ryosuke..” Panggilku.
Dia tak menolehkan wajahnya, aku datang menghampirinya dan menepuk pundaknya, dia masih tak menolehkan wajahnya. Aku benar-benar khawatir.. Apakah dia tak makan selama 8 hari?? Dia kan tinggal sendirian dirumah ini.
Perlahan aku berjalan ke hadapannya, tapi tiba-tiba dia berteriak, “ashikaga!!”. Itu sukses membuatku terjatuh, sakit sekali.
“Kamu kenapa ryosuke?” Tanyaku khawatir.
“Aku..aku..aku bermimpi ashikaga..ashikaga..” Dia menahan nafasnya, terlihat raut tegang di wajahnya, tiba-tiba aku teringat kata-kata risa “datanglah kesini sebelum pukul 12” apakah ini pertanda..?!
“Ashikaga!! Dia ada dimana yuto?!” Teriaknya.
“Dia.. Dia ada dirumah sakit” jawabku, kini aku ikutan tegang.
“Sial!” Dia segera berlari keluar pekarangan rumahnya, aku segera menyusulnya.. “Ashikaga.. Kumohon.. Semoga yang kupikirkan tidak benar..”
….
Setelah berlari cukup jauh, akhirnya kami sampai di depan rumah sakit tempat ashikaga di rawat. Segera kulirik arloji di tanganku, sial, sudah jam 11.40!
“Yuto.. Dia di kamar mana?!” Tanya ryosuke,
“Lantai 5 no 502” jawabku, setelah itu dia langsung berlari, aku segera menyusulnya dan masuk ke dalam lift.
….
BRAK!! Terdengar suara pintu yang dibuka dengan keras,
“Ashikaga!” Teriak ryosuke, dia langsung berlari ke ranjang tempat ashikaga berbaring,
“Yamada..” Lirihnya, sepertinya dia sangat kesakitan, tapi dia tetap menyunggingkan senyum kepada kami.
Ryosuke terdiam, dia tak tau harus berkata apa, hanya air mata yang keluar yang mengutarakan isi hatinya.
“Yokatta.. Aku bersyukur kamu sudah kembali.. Aku benar-benar khawatir akan menjadi perusak persahabatan kalian..” Lirihnya pelan kemudian menatapku,
“Nakajima.. Jaga yamada baik-baik, persahabatan kalian itu segalanya..” Ucapnya, aku terdiam kemudian mengangguk pelan.
Suasana hening seketika.
“Yamada.. Nakajima.. Bolehkah aku memanggil nama kalian berdua?” Ucapnya, aku dan ryosuke saling pandang kemudian menggangguk.
“Arigatou ryosuke.. Yuto..” Ucapnya, tanpa sadar setetes air mata keluar dari sudut mataku. Apakah ini memang saat terakhir kami bertemu?
“Ahh, bolehkah aku meminta sesuatu? Ini permintaan terakhirku” ucapnya sambil berusaha tersenyum, aku tau dia pasti sedang sangat kesakitan.
Tangis ryosuke pecah, “Ashikaga!! Tidak.. Kau tidak boleh pergi! Ini nggak boleh jadi permintaan terakhirmu!” Teriaknya sambil terus menangis, aku yang melihat situasi ini ikut menangis, aku juga tak ingin kehilangan dia, tapi tubuhku membeku, tak mau bergerak.
“Demo.. Dia sudah datang, mau kah kalian mendengarkan permintaan terakhirku?” Ucapnya.
Ryosuke terdiam dalam tangisannya, aku segera menghampirinya dan menepuk pundaknya. “Ryosuke.. Terimalah permintaannya sebelum kau menyesal” bisikku, dia memutar bola matanya kearahku, aku menganggukkan kepalaku.
“Baiklah.. Apa permintaanmu ashikaga?” Ucapnya dengan suara dipaksa tegar.
“Yokatta.. Permintaanku, mau kah kalian menggenggam tanganku lalu memanggil namaku?” Ucapnya kemudian melambaikan tangannya sebagai tanda agar kami mendekat padanya, aku berjalan ke sisi lain diseberang ryosuke, kemudian menggenggam tangannya.
Dia tersenyum, tapi sesaat kemudian dia dia menggigit bibirnya dan memperkuat genggamannya, mungkinkah dia sedang menahan sakit yang dideritanya..
“Risa! Daijobudesuka?!” Teriakku dan ryosuke bersamaan.
Dia tersenyum, “arigatou ryosuke.. Yuto..” Ucapnya dan sesaat kemudian matanya tertutup perlahan, “sayounara..” Lirihnya pelan hampir seperti bisikan.
Iiiiiiiiiiiiiiiiiii terdengar suara monitor disebelahnya, aku melirih benda berbentuk balok itu dengan linangan air mata, risa.. Sayounara..
….
“Sudahlah ryosuke.. Ayo kita pergi..” Ucapku membujuk ryosuke yang nggak mau mengalihkan pandangannya dari makam di depannya.
Tak ada jawaban, dia masih terus menatap makam itu.
“Ini semua salahku..” Ucapnya. Aku terdiam. Tak sanggup berkata apa-apa.
*flashback*
“Risaa!!” Teriak mama risa histeris saat mendapatkan anaknya sudah tak bernyawa.
Mamanya menolehkan wajahnya ke kami berdua.
“Apakah disini ada yang bernama yamada ryosuke?” Tanya mamanya, ryosuke langsung menunjuk dirinya,
“Bisakah kalian ikut dengan saya sebentar?” Ucap beliau, kami hanya mengangguk dan mengikuti beliau keluar dari ruangan ini.
….
“Nak.. Tante ingin menceritakan sesuatu pada kalian” ucap beliau.
“Ada apa tante?” Ucapku, aku tau ryosuke masih syok dengan kepergian risa.
“Sebenarnya, risa itu mendapat kekuatan yang diturunkan dari nenek moyangnya dulu, jika dia sudah menulis permintaannya maka itu akan beresiko baginya, jika permintaannya terkabul maka nyawanya adalah taruhannya, dan jika permintaannya tak terkabul, dia bisa selamat” ucapnya, aku menyeritkan keningku, aku kurang paham maksud beliau.
“Ahh, mungkin terlalu berat ya kalimatnya, jadi begini, dulu waktu kecil, kakaknya masuk rumah sakit gara-gara menyelamatkannya yang hampir terserempet mobil saat sedang bermain. Dia terus menangis saat menunggu kakaknya yang masih di dalam UGD, dia langsung mengambil kertas dan menulis –kakak nggak kenapa-kenapa.. Kakak harus selamat-, 5 menit setelah menulis itu dia kejang-kejang dan tak sadarkan diri, kami langsung memanggil dokter untuk memeriksanya, saat dia sadar, dia langsung menanyakan keadaan kakaknya, tapi sayangnya kakaknya nggak bisa diselamatkan, dia menangis dan berkata.. “Kenapa tidak aku saja..” ” Jelas mama risa. Aku terdiam dan teringat dengan kertas yang dikasih mama risa, aku ingat, aku masih menyimpannya di saku celanaku, aku melirik ryosuke, wajahnya menegang.
“Jaga dirimu baik-baik nak” ucap mamanya kemudian pergi meninggalkan kami.
Aku menepuk lengannya kemudian menyerahkan kertas itu, dia membacanya dan air mata itu keluar lagi
….
*skip time*
Yamada POV
Sejak itu aku memutuskan untuk menjadi dokter, kali ini tulus dari hatiku tanpa paksaan orang tua.
“Wah ryosuke.. Aku nggak nyangka kamu sudah jadi dokter” ucap yuto yang berkunjung ke rumah sakit tempat aku bekerja.
“Eh?! Yuto! Kamu ngapain disini? Sama siapa?” Tanyaku kaget.
“Memangnya aku nggak boleh kesini ya? Nggak, sendirian saja, mumpung lewat.. Haha, bohong deh, aku mau pamit..” Ucapnya.
“Eh?! Pamit apanya?! Emang mau kemana?” Tanyaku.
“Aku mau melanjutkan sekolah musikku keluar negeri, aku ingin mengasah kemampuan bermain drum ku sehingga aku lebih mahir” ucapnya.
“Sekarang saja sudah mahir mau diasah lagi. Haha! Kapan berangkat? Aku mau mengantarmu ke bandara” pintaku.
“Aku akan berangkat siang ini.. Kalau begitu aku pergi sekarang ya..” Ucapnya kemudian segera beranjak.
“Tunggu! Aku ikut!” Panggilku, tapi tiba-tiba seorang suster memanggilku.
“Dokter ryosuke.. Ada pasien” ucapnya. Yuto membalikkan badannya,
“Daijobu ryosuke.. Aku sendiri saja.. Sampai jumpa..” Ucapnya kemudian berlari sampai hilang dari pandanganku. Aku kembali ke ruanganku.
“Aaaahh! Nggak mau di periksa!!” Teriak seorang gadis kecil dari luar ruangan.
Aku terpaku melihat gadis itu, gadis itu sangat mirip dengan risa. Aku segera menghampirinya,
“Diperiksa itu nggak seram kok dek, yok kakak periksa” ucapku, dia terdiam kemudian mengangguk.
*skip time pemeriksaan*
“Kak dokter, jadi dokter enak nggak?” Tanyanya, aku tersenyum.
“Tergantung orangnya, kalau kamu mencintai perkerjaanmu pasti akan menyenangkan” ucapku.
Senyum tersungging di wajah kecilnya,
“Kalau gitu risa mau jadi perawat deh” ucapnya, aku langsung menahan nafas saat mengatakan itu. Mereka mempunyai wajah dan nama yang sama, apakah ini memang sebuah kebetulan??
“Nama lengkapnya risa siapa?” Tanyaku.
“Tanaka Risa desu” ucapnya.
Tuhan.. Apakah aku sedang bermimpi?
END
thor, risa punya renkarnasi ya?
gak nyangka ternyata silent pinky itu risa hehehe
semacam gitu deh~ tapi itu cuma sekedar kebetulan kok :p silahkan berkhayal sendiri XD